Jika menilik filosofi warna hitam dari segi kebudayaan, maka akan ditemukan arti yang berbeda-beda. Di Indonesia, warna hitam sendiri cenderung dengan perlambang duka karena saat ada orang yang meninggal, biasanya kerabat akan mengenakan pakaian hitam sebagai lambang duka. Tak jauh berbeda dengan Indonesia, di negara Barat, warna hitam juga identik dengan warna berkabung karena pada masa Kaisar Romawi, ketika ada yang meninggal, maka semua orang akan mengenakan pakaian berwarna gelap, seperti hitam.
Dalam budaya Tiongkok, warna hitam selalu dikaitkan dengan elemen air, utara, dan musim dingin. Warna hitam di sana juga lebih identik dengan sebuah perlambang nasib buruk contohnya kisah tentang kucing hitam dan gagak hitam yang diyakini memiliki kekuatan mistik yang berasal dari makhluk astral berdimensi jahat. Sedangkan dalam budaya Mesir Kuno, warna hitam menjadi simbol dari kehidupan serta kekuatan dari seseorang.
Masyarakat Mesir Kuno negeri tempat berkuasanya Fir’aun percaya kalau warna hitam yang dikenakan pada pakaian bisa membuat seseorang merasa takut dan karena disebabkan aura yang dikeluarkan dari warna tersebut. Arti warna hitam dalam sebuah kata sebenarnya lebih banyak menggunakan kata Black yang mengacu pada hal-hal yang negatif dan kurang baik. Antara lain, Black sheep atau kambing hitam yang bermakna orang yang dilimpahkan kesalahan atas apa yang tidak ia lakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Contoh berikutnya yaitu sebutan Black market yang bermakna sebagai perdagangan ilegal, Black heart yang berarti orang yang punya niat jahat, Black hole yang bermakna lubang hitam di mana sesuatu bisa tersedot masuk dan hilang begitu saja, Black mood yang artinya orang yang sedang dalam suasana hati tertekan atau suasana hatinya sedang buruk dan Black list yang bermakna daftar orang atau benda yang tidak diterima atau harus dihindari.
Gubernur Al Haris dan Edi Purwanto yang dikenal paling tidak suka menghadapi dan menerima aksi unjuk rasa, terlihat secara bersama-sama datang mengunjungi posko aksi pemblokiran jalan tersebut. Jadi jelas benar phsycologi dan filosofi warna hitam, kehadiran mereka bukan disebabkan karena aksi unjuk rasa tersebut akan tetapi lebih termotivasi oleh sugesti dan performa kharismatik daripada warna hitam pada batubara. Apalagi pandangan tersebut dilihat dari sudut perspektif Causalitas (Sebab – Akibat).
Kebijakan Gubernur Jambi yang turut didukung dan diaminkan oleh Ketua DPRD Provinsi Jambi yang menjanjikan anggaran sebesar Rp. 2.800.000.000,00 (Dua Miliar Delapan Ratus Juta Rupiah) akan menjadi beban Pemerintah Provinsi Jambi untuk menutupi kekurangan pertanggungjawaban perusahaan atas janji kepada masyarakat untuk mengatasi persoalan jalan tersebut yang akan dianggarkan pada APBDP yang akan dilakukan ketok palu pada tanggal 30 September 2022 yang akan datang.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya