Pusara alam pikiran tersebut mampu menampung bangkai dua jenis makhluk yang hampir bersamaan ciri – ciri dan tandanya yaitu Kriteriologia dan Kritika. Dimana Kritika adalah sejenis upaya untuk menetapkan apakah sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia sudah benar atau tidak dengan jalan meninjaunya kembali secara mendalam. Sehingga yang bersangkutan tidak lagi mampu melakukan upaya untuk menyajikan suatu pandangan yang komprehensif tentang segala sesuatu menyangkut kepentingan kesejahteraan umum (Publik).
Tidak sebatas hanya mampu berpikir dengan teory pemanis bibir (Lip Services) yang bersifat Spekulatif semata yang seharusnya mampu mengemukakan pandangan dan pendapat yang tercipta sebagai hasil dari pemikiran dengan menggunakan konsep dan kajian Cinta Kebijaksanaan atau Cinta Kearipan (Love Wisdom/Filsafat).
Disadari atau tidak ungkapan tersebut merupakan upaya cuci tangan buang badan dengan pesan moril tidak ada kegagalan guna menutupi ketidak mampuan yang sebaliknya malah sikap dengan pernyataan tersebut menunjukan kadar atau kwalitas standar kompetensi atas kecakapan teoritis dan konseptual serta kadar Managerial (Mengatur) dan jiwa kepemimpinan (Leadership) yang jauh dari kata mumpuni.
Seharunya pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat menyuburkan intelektualitas yang akan mampu memberikan keyakinan kepada publik bahwa inflasi bukanlah momok yang menakutkan yang harus dihindari dan dijauhi akan tetapi harus dihadapi dengan berpikir argumentatif yang terlahir dari kadar intelektual dan nilai-nilai kompetensi yang dimiliki.
Masyarakat atau publik membutuhkan bukti dan realisasi di alam nyata, tidak sekedar hanya janji – janji manis di taman impian dalam dunia mimpi. Apalagi untuk ditakut-takuti dengan menampilkan topeng-topeng keberhasilan.
Dengan menkambinghitamkan alasan dan dalih serta dalil-dalil pembenaran demi egosentris kepentingan dan keinginan walau menyadari sepenuhnya telah dengan sengaja mengabaikan hak-hak masyarakat terhadap kebutuhan hidup. Masyarakat menginginkan terpenuhinya akan Kebutuhan Hidup, dan Gaya Hidup hanyalah suatu impian bukanlah tujuan utama dari hidup.
Oleh: Jamhuri – Direktur Eksekutif LSM Sembilan