Ungkapan yang menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang mengeluh dan resah terhadap keadaan yang terlahir dari keadaan inflasi adalah merupakan suatu pernyataan mengandung kejujuran terhadap dua hal;
Pertama: secara jujur mengakui ketidak pedulian akan keadaan lingkungan sosial yang ada
kedua mengakui secara jujur kekhawatiran atau kecemasan serta rasa ketakutan akan kehilangan kepercayaan masyarakat atas kebijakan dan kemampuan managerial serta kadar jiwa kepemimpinan (leadership) sang pemilik ungkapan, dengan segala akibat politisnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Atau dengan kata lain pemilik ungkapan tersebut mengakui dengan jujur serta dengan tulus ikhlas akan ketidak mampuan diri pribadi dalam berpikir secara implikatif (akibat logis) yaitu berpikir dengan menggunakan azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat, baik menyangkut Logika Formal (berkaitan dengan bentukbentuk pemikiran ataupun keabsahan pemikiran) maupun tentang Logika Material (berkaitan dengan isi pemikiran atau kebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran).
Pemikiran berperan dalam mengamati (observes) objek-objek yang didalamnya pengamatan pikiran harus mengandung kesadaran jiwa.pikiranmerupakan bentuk kesadaran. kesadaran adalah suatu fungsi pikiran.
Jelasnya kalimat dalam ungkapan yang menapikan peringatan saran dan pendapat tersebut mampu mengubur sedalam-dalamnya unsur-unsur Kriteriologia yang merupakan suatu usaha atau upaya untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran yang bersifat insani atau kodrati yang menghendaki tercapainya kebenaran yang berlaku umum.
Berpikir sambil merasakan bertanggungjawab sebagai makhluk Tuhan yang tercipta dengan status sebagai makhluk yang paling mulia dimana pertanggungjawaban yang pertama kali adalah terhadap hati nurani sendiri, setidak-tidaknya akan menimbulkan sanksi moril yang diberikan oleh lingkungan sosial pada saat masih berada di dunia dan pada akhirnya kelak di kemudian hari akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan semesta alam.
Manusia tidak akan pernah jujur kepada orang lain sebelum mampu berlaku dan berbuat serta berpikir jujur kepada diri sendiri serta jujur kepada Tuhan sang Pencipta.
Contoh nyata sebagai pembelajaran yaitu sejarah tentang Fir’aun dan Parouh yang walau bagaimanapun hebat dan kuat serta besar kekuasaannya, tetap terkena hukuman berupa sanksi moril dari lingkungan sosial yaitu dibenci dan dijadikan sebagai bahan pembicaraan atas kelalimannya serta dijauhi oleh rakyatnya sendiri dan berakhir dalam permusuhan tanpa akhir hingga kepada kematian dirinya.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya